Jumat, 01 Juni 2012

Taruhan?

Diposting oleh Icha Annisa Camila di 00.45
Sekarang gue kelas 4sd, usia gue betambah 1tahun, dan cinta gue juga bertambah 1. Hihihi.
Perasaan gue ke Rafael lama-kelamaan mulai menghilang dengan sendirinya. Meskipun Rafael sempat beberapa kali nembak gue, gak tau kenapa, beberapa kali itu juga gue tolak dia. Mungkin karena ketakutan gue dengan yg namanya
“pacaran” dengan berat hati, gue menolak Rafael, cowok yg gue puja-puji dulu waktu kelas 3. Dan hubungan kami pun sekarang hanya sebatas teman biasa, bukan teman dekat lagi.
Sekarang, ada seorang cowok yg lagi deketin gue, namanya Muhammad Dicky Perdana. Dia salah satu anggota “smash” juga, tapi bukan anggota inti (iya, dia anak buahnya Rafael) gue mengenal dia sebagai cowok yg bisanya cuma ngangguk-ngangguk doang kalo disuruh sama Rafael, dan cuma bisa pasrah ketika harus dihukum sama Rafael dan teman-temannya.
Dengan gayanya yg agak sedikit lembut (tapi gak kaya banci taman lawang loh yaa) dia mulai akrab sama gue. Dan seiring berjalannya waktu, gue mulai suka saat bercanda sama dia, saat belajar bareng dia, dan semuanya.
Meskipun penampilannya sangat berbeda dengan Rafael, tapi kenyataannya sekarang adalah: gue mulai suka sama Dicky, sama rambutnya yg berminyak dan disisir rapi, sama giginya yg gingsul, sama bibirnya yg lebih tebal daripada Rafael, sama kulitnya yg lebih putih dari Rafael, sama bandannya yg lebih kurus dari Rafael, dan sama muka lugunya yg imut-imut itu.
Gue inget, dulu gue sama Susi, temen gue, suka ngejekin Dicky dengan sebutan “bibir” karena bibirnya yg tebal. Hahaha. Sampai sekarang gue juga masih suka ngejekin dia kalo lagi becanda. Tapi itu dia hal yg bikin gue tambah suka sama Dicky. Dan 1 hal lagi, dia itu gak pernah malu saat harus melakukan sesuatu hal yg menurut gue bodoh, tapi romantis sih… ceilaahhh…
jangan nangis lagi dong Shalla sayang… cupcupcup”
hikssshiksshikss… apaan sih lo Dik,”
Kemudian seisi kelas bersorak-sorai karena ucapan Dicky tadi, gila aja gitu, anak kelas 4sd bisa ngomong kayak orang udah dewasa aja. Dan hanya karena ucapannya yg mungkin dinilai bodoh oleh segelintir orang, Dicky bisa bikin gue kembali tersenyum, dan melupakan semua kesedihan gue. (eaaa so sweet banget dah)
Seperti halnya dengan Rafael, hari-haripun gue jalani dengan penuh canda dan tawa dengan Dicky, sampai pada akhirnya kejadian itu pun tiba…
Dicky meminta gue untuk menjadi pacarnya, dan seperti halnya dengan apa yg gue lakukan kepada Rafael, gue juga menolak Dicky. Padahal gue sangat amat teramat ingin merasakan bagaimana pacaran itu, tapi karena gue dilarang sama keluarga gue, apalagi ade gue juga 1 sekolah sama gue, gue bertekad untuk tidak pacaran. Iya, gue patuh sama keluarga gue.
Suatu hari, gue merasa sedikit lega telah menolak Dicky. Gue mendengar dari seseorang yg gue lupa dia itu siapa, dia bilang kalo ternyata alasan Dicky mendekati gue adalah karena diajak taruhan sama Rafael. Gue kaget mendengar hal itu. Agak sedikit gak percaya sih, Karena selama gue sama Dicky, gue merasa dia benar-benar tulus suka sama gue, bukan karena taruhan atau apa. Tapi setelah mendengar hal tadi, gue mulai bimbang, dan seketika itu juga gue mulai bertekad untuk mengubur dalam-dalam perasaan gue sama Dicky. Dan menutup lembar kisah cinta kedua gue ini.
Sampai sekarang, setelah 6tahun, pertanyaan itu masih belum bisa gue jawab, masih belum bisa gue menemukan jawabannya… “apakah ini cuma taruhan? Apakah semuanya Cuma sandiwara? Apakah semua perkataan itu hanyalah sebuah kebohongan semata? Apakah ketulusan yg gue rasakan slama hampir 1tahun ini hanya kepalsuan?”
Yah, Cuma Dicky yg tau jawaban dari semua pertanyaan gue tadi. Dari semua rasa penasaran gue.
gue inget kejadian waktu sd dulu Shal, gue kangen lo, apa kita bisa kayak dulu lagi?”
Itu adalah sepotong kalimat yg tertulis di inbox message hp gue, setelah beberapa jam kita sms-an. sepotong kalimat yg membuat gue mengingat cerita tentang Dicky. Sepotong kalimat yg gue harapin dulu, tapi sekarang, kalimat itu gak berarti lagi buat gue.
kayaknya gak bisa deh Dik, gue… gue udah punya pacar, dan… itu masa lalu, cinta monyet, hahaha lupain aja deng!”
gue bakal nunggu lo sampe lo putus sama pacar lo”
Dan.. gak ada kata yg bisa gue ketik lagi. Malam itu, gue buang jauh-jauh ingatan tentang Dicky.

0 komentar:

Posting Komentar

Jumat, 01 Juni 2012

Taruhan?

Sekarang gue kelas 4sd, usia gue betambah 1tahun, dan cinta gue juga bertambah 1. Hihihi.
Perasaan gue ke Rafael lama-kelamaan mulai menghilang dengan sendirinya. Meskipun Rafael sempat beberapa kali nembak gue, gak tau kenapa, beberapa kali itu juga gue tolak dia. Mungkin karena ketakutan gue dengan yg namanya
“pacaran” dengan berat hati, gue menolak Rafael, cowok yg gue puja-puji dulu waktu kelas 3. Dan hubungan kami pun sekarang hanya sebatas teman biasa, bukan teman dekat lagi.
Sekarang, ada seorang cowok yg lagi deketin gue, namanya Muhammad Dicky Perdana. Dia salah satu anggota “smash” juga, tapi bukan anggota inti (iya, dia anak buahnya Rafael) gue mengenal dia sebagai cowok yg bisanya cuma ngangguk-ngangguk doang kalo disuruh sama Rafael, dan cuma bisa pasrah ketika harus dihukum sama Rafael dan teman-temannya.
Dengan gayanya yg agak sedikit lembut (tapi gak kaya banci taman lawang loh yaa) dia mulai akrab sama gue. Dan seiring berjalannya waktu, gue mulai suka saat bercanda sama dia, saat belajar bareng dia, dan semuanya.
Meskipun penampilannya sangat berbeda dengan Rafael, tapi kenyataannya sekarang adalah: gue mulai suka sama Dicky, sama rambutnya yg berminyak dan disisir rapi, sama giginya yg gingsul, sama bibirnya yg lebih tebal daripada Rafael, sama kulitnya yg lebih putih dari Rafael, sama bandannya yg lebih kurus dari Rafael, dan sama muka lugunya yg imut-imut itu.
Gue inget, dulu gue sama Susi, temen gue, suka ngejekin Dicky dengan sebutan “bibir” karena bibirnya yg tebal. Hahaha. Sampai sekarang gue juga masih suka ngejekin dia kalo lagi becanda. Tapi itu dia hal yg bikin gue tambah suka sama Dicky. Dan 1 hal lagi, dia itu gak pernah malu saat harus melakukan sesuatu hal yg menurut gue bodoh, tapi romantis sih… ceilaahhh…
jangan nangis lagi dong Shalla sayang… cupcupcup”
hikssshiksshikss… apaan sih lo Dik,”
Kemudian seisi kelas bersorak-sorai karena ucapan Dicky tadi, gila aja gitu, anak kelas 4sd bisa ngomong kayak orang udah dewasa aja. Dan hanya karena ucapannya yg mungkin dinilai bodoh oleh segelintir orang, Dicky bisa bikin gue kembali tersenyum, dan melupakan semua kesedihan gue. (eaaa so sweet banget dah)
Seperti halnya dengan Rafael, hari-haripun gue jalani dengan penuh canda dan tawa dengan Dicky, sampai pada akhirnya kejadian itu pun tiba…
Dicky meminta gue untuk menjadi pacarnya, dan seperti halnya dengan apa yg gue lakukan kepada Rafael, gue juga menolak Dicky. Padahal gue sangat amat teramat ingin merasakan bagaimana pacaran itu, tapi karena gue dilarang sama keluarga gue, apalagi ade gue juga 1 sekolah sama gue, gue bertekad untuk tidak pacaran. Iya, gue patuh sama keluarga gue.
Suatu hari, gue merasa sedikit lega telah menolak Dicky. Gue mendengar dari seseorang yg gue lupa dia itu siapa, dia bilang kalo ternyata alasan Dicky mendekati gue adalah karena diajak taruhan sama Rafael. Gue kaget mendengar hal itu. Agak sedikit gak percaya sih, Karena selama gue sama Dicky, gue merasa dia benar-benar tulus suka sama gue, bukan karena taruhan atau apa. Tapi setelah mendengar hal tadi, gue mulai bimbang, dan seketika itu juga gue mulai bertekad untuk mengubur dalam-dalam perasaan gue sama Dicky. Dan menutup lembar kisah cinta kedua gue ini.
Sampai sekarang, setelah 6tahun, pertanyaan itu masih belum bisa gue jawab, masih belum bisa gue menemukan jawabannya… “apakah ini cuma taruhan? Apakah semuanya Cuma sandiwara? Apakah semua perkataan itu hanyalah sebuah kebohongan semata? Apakah ketulusan yg gue rasakan slama hampir 1tahun ini hanya kepalsuan?”
Yah, Cuma Dicky yg tau jawaban dari semua pertanyaan gue tadi. Dari semua rasa penasaran gue.
gue inget kejadian waktu sd dulu Shal, gue kangen lo, apa kita bisa kayak dulu lagi?”
Itu adalah sepotong kalimat yg tertulis di inbox message hp gue, setelah beberapa jam kita sms-an. sepotong kalimat yg membuat gue mengingat cerita tentang Dicky. Sepotong kalimat yg gue harapin dulu, tapi sekarang, kalimat itu gak berarti lagi buat gue.
kayaknya gak bisa deh Dik, gue… gue udah punya pacar, dan… itu masa lalu, cinta monyet, hahaha lupain aja deng!”
gue bakal nunggu lo sampe lo putus sama pacar lo”
Dan.. gak ada kata yg bisa gue ketik lagi. Malam itu, gue buang jauh-jauh ingatan tentang Dicky.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

All About Life... Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review